Setiap selesai shalat Jum'at tiap pekannya, seorang imam
(masjid) dan anaknya (berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan
buku–buku Islam, diantaranya buku at-thariq ilal jannah (jalan menuju
surga). Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota
Amsterdam.
***
Namun tibalah suatu hari, ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.
Sang anak pun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa
lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin. Setelah selesai
mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya:
"Wahai ayahku, aku telah siap," Ayahnya menjawab: "Siap
untuk apa?" Ia berkata: "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)." Sang
ayahpun berucap: "Suhu sangat dingin di luar sana, belum lagi hujan
lebat yang mengguyur." Sang anak menimpali dengan jawaban yang
menakjubkan: "Akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju
neraka di luar sana dibawah guyuran hujan."
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata:
"Namun ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini." Akhirnya anak
tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak
dan akhirnya memberikan izin.
Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata: "Terimakasih wahai ayahku."
***
Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa
dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah
dibungkusnya dengan sekantong plastik ukuran sedang agar tidak basah
terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang
ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya
buku tersebut.
***
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku di tangannya. Namun
sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut (untuk ia beri).
Akhirnya ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah di seberang jalan
untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel. Ternyata
tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama, belum
ada respon juga. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan
langkahnya, dan ia coba memencet bel sekali lagi ditambah ketukan tangan
kecilnya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran
dengan rumah tersebut.
Pintu pun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok
nenek yang tampak sangat sedih. Nenek berkata: "Ada yang bisa saya bantu
nak?"
Si anak berkata (dengan mata berkilau dan senyuman yang
menerangi dunia): "Saya minta maaf jika mengganggu, akan tetapi saya
ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan
nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada nyonya, di
dalamnya dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan
beberapa cara agar dapat memperoleh keridhaan-Nya."
***
Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan
ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilahkan jama'ah untuk
berkonsultasi. Terdengar sayup-sayup dari shaf perempuan seorang
perempuan tua berkata: "Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini,
dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu saya
bukanlah seorang Muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku
hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah meninggal dan dia meninggalkanku
sebatang kara di bumi ini."
Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu.
"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku
memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan
tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku
untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi dan mengalungkan leherku dengan
seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat,
terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir: "Paling
sebentar lagi juga pergi."
Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata
dalam hati: "Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku, tidak akan ada
yang mengetuk pintu rumahku."
Kulepaskan tali yang sudah siap membantuku mengakhiri
nyawaku, dan bergegas ke pintu. Ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok
anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat
sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga
bangkit kembali. Ia berkata: "Nyonya, saya datang untuk menyampaikan
bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya." Lalu dia
memberikan buku ini (buku jalan menuju surga) kepadaku.
Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan
menghilang dibalik guyuran hujan hari itu juga secara tiba-tiba. Setelah
menutup pintu aku langsung membaca buku dari malaikat kecilku itu
sampai selesai. Seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah
menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.
Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku
telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi
kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk
berterimakasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku
pada waktu yang tepat. Hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka."
***
Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung, masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir. Allahu akbar!
***
Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat di
mana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan pecah tak
terbendung di hadapan para jamaah.
Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayah pun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
***
Judul asli: قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة
Penerjemah: Shiddiq Al-Bonjowi
Penerjemah: Shiddiq Al-Bonjowi
Mari terus berbagi dan sebarkan kebaikan. Kita tidak pernah tahu berapa banyak orang yang mendapatkan hidayah
semoga bermamfaat..
BalasHapus